Komunikasi interpersonal :COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING (MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI)
Kamis, Desember 06, 2018
Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang kirim dan terima,
orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita
menggunakan berbagai atuan untuk mengonstruksi dan mengkoordinasikan makna.
Maksunya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu dengan
masyarakatnya, melalui sebuah struktur hierakis, orang-orang mengorgnisasikan makna
dari beratus-ratus pesan yang diterimanya dalam sehari.
CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang lain, serta mengkaji
bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini
penting karena berfokus pada hubungan antara individu dengan masyarakatnya
(Philipsen,1995). Teori ini didasarkan pada konsep-konsep komunikasi, realitas
sosial, dan makna.
Asumsi
1. Manusia hidup dalam komunikasi.
Pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup
dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan
pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia
mendiami proses komunikasi. Akan tetapi, Pearce (1989) berpendapat
bahwa”komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia
dari yang seharusnya (hal 3). Maksudnya kita hidup dalam komunikasi.
2. Manusia
saling menciptakan realitas sosial.
Kepercayaan
bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan
disebut sebagai konstruksionisme sosial (social construction). Realitas sosial
(social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan
tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.
3. Transaksi
informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal.
Makna
pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan
yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna
pribadi membantu orang-orang dalam penemuan, maksudnya, hal ini tidak hanya
membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan
juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain.
1. Isi/ Content
Merupakan langkah awal di mana data mentah
dikonversikan menjadi makna. “Aku mencintai kamu” menyiratkan informasi
mengenai reaksi A ke B.
2. Tindak
Tutur/ Speech Act
Dalam
mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994) mendeskripsikan tindak
tutur (speech act) sebagai”tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara
berbicara, misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi dari
logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun
bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan
makna dari tindak tutur. “Aku mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari
sekadar sebuah pernyataan
3. Episode
3. Episode
Untuk menginterpretasikan tindak tutur,
Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau rutinitas komunikasi yang
dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode
mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai
melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren
dibutuhkan sutau tingkat penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976)
berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor dalam
situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episode-episode
yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya
didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh
kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.
4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)
4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)
Di mana dua
orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan.
Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat
tuntunan dalam berprilaku. Para teoretikus menggunakan istilah
keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang
mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.
5. Naskah Kehidupan-Life Scripts
(Autobiografi)
Kelompok-kelompok episode masa lalu atau
masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama
dengan ornag lain.
6. Pola Budaya/Culture Patterns
Pearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa
manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan
tertentu.
Koordinasi dipengaruhi beberapa hal:
1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral
lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai
penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri dari etika karena etika
merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.
2. Sumber daya yang pada seseorang (resources), mereka merujuk pada”cerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka”(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka.
Aturan
2. Sumber daya yang pada seseorang (resources), mereka merujuk pada”cerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka”(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka.
Aturan
Teoretikus CMM berpendapat
bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan untuk
menggunakan aturan; hal ini membutuhkan ”kemampuan fleksibel yang tidak dapat
disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka”(cronen. 1995b, hal 224). Oleh
karena itu aturan lebih sekedar dari tuntunan prilaku. Para
partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian mengintegrasikan aturan
ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.
Hieraki makna yang ditampilkan
sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat merefleksikan
ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi.
Pearce dan Cronen(1980) menyebut proses
refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan
konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut
rangkaian seimbang(charmed loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian
dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu, penetepan makna yang ada
bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu,
beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih
tinggi di dalam hieraki yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak
seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena adanya komunikasi
intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan
dialog internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.
0 Comments