Teori komunikasi massa: Cultural Norms Theory (Norma Budaya) – (DeFleur)
Kamis, Desember 06, 2018
Teori ini di perkenalkan
oleh Melvin DeFleur sama seperti social
relationship theory. Teori ini dapat dijabarkan dengan tiga demensi teori
sebagai berikut :
Kajian
ontologis
Media massa menyampaikan
informasi dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak
disesuaikan dengan norma-norma dan nilai-nilai budayanya.
Pesan media mampu mengubah norma-norma budaya yang telah ada/berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga indicator peran media terhadap budaya, yakni:
a. Memperkuat norma
Pesan media mampu mengubah norma-norma budaya yang telah ada/berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga indicator peran media terhadap budaya, yakni:
a. Memperkuat norma
b. Mengubah norma
c. Menciptakan norma baru
Kajian
epistimologis:
Media massa mempengaruhi budaya-budaya
masyarakatnya dengan cara :
Pesan-pesan yang
disampaikan media massa memperkuat budaya yang
ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali.
Contoh : Acara pertunjukan Wayang Golek atau Wayang Kulit yang ditayangkan Televisi terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat.
Media massa telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
ada. Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali.
Contoh : Acara pertunjukan Wayang Golek atau Wayang Kulit yang ditayangkan Televisi terbukti telah memberi tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasi oleh masyarakat.
Media massa telah menciptakan pola baru tetapi tidak bertentangan bahkan menyempurnakan budaya lama.
Contoh : Acara Ludruk Glamor misalnya
memberi nuansa baru terhadap budaya ludruk dengan tidak menghilangkan esensi
budaya asalnya. Media massa mengubah budaya lama dengan budaya baru yang
berbeda dengan budaya lama.
Contoh : Terdapat acara-acara tertentu
yang bukan tak mungkin lambat laun akan menumbuhkan budaya baru.
Kajian
aksiologis:
Menurut Paul Lazarfeld dan
Robert K Merton terdapat empat sumber utama kekhawatiran masyarakat terhadap
media massa, yakitu : Sifat Media Massa yang mampu hadir dimana-mana (Ubiquity)
serta kekuatannnya yang potensial untuk memanipulasi dengan tujuan-tujuan
tertentu.
Dominasi kepentingan
ekonomi dari pemilik modal untuk menguasai media massa dengan demikian media
massa dapat dipergunakan untuk menjamin ketundukan masyarakat terhadap status
quo sehingga memperkecil kritik sosial dan memperlemah kemampuan khalayak untuk
berpikir kritis. Media massa dengan jangkauan yang besar dan luas dapat membawa
khalayaknya pada cita rasa estetis dan standar budaya populer yang rendah.
Media massa dapat menghilangkan sukses sosial yang merupakan jerih payah para pembaharu selama beberapa puluh tahun yang lalu.
Media massa dapat menghilangkan sukses sosial yang merupakan jerih payah para pembaharu selama beberapa puluh tahun yang lalu.
0 Comments