teori komunikasi massa: Teori Difusi – Inovasi
Kamis, Desember 06, 2018
Teori Difusi
Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan
(dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian
difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is
communicated through certain channels over time among the members of a social
system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi
yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa
gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the
spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate
users or adopters.”
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4
(empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap
baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh
seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang
inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan
pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran
komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya
komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas,
maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media
massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku
penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah
saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai
seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan
pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling
tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi,
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima
inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai tujuan bersama
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan
argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori
tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap
tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan
inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut
mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2)
jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran
komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature
of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge)
ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk
memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap
baik atau tidak baik
3. Tahap Keputusan (Decisions)
muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat
dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah
inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation),
ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan
penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation),
ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan
terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Penerapan dan
keterkaitan teori
Pada
awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi
Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi
merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada
dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker
(1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan
sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur
dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan,
yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3)
konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau
dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan
baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi
adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau
penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh
di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam
pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan
dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai
perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti
perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah
satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain
dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi
sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi
atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan
dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi
merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari
inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal
yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Dalam teori ini menyebutkan bahwa sebuah perubahan-perubahan atau
inovasi-inovasi di sampaikan kepada khalayak melalui media massa. Menurut
Everett M. Rogers dan Floyd G. Shoemaker mengemukakan bahwa teori difusi
inovasi dalam prosesnya ada 4 tahap, yaitu :
1.
Pengetahuan
: kesadaram individu akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang
bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2.
Persuasi
: individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi.
3.
Keputusan
: individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk
menerima atau menolak inovasi.
4.
Konfirmasi
: individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan yang telah dibuatnya,
tapi ia mungkin saja berbalik keputusan jika ia memperoleh is pernyataan yang
bertentangan
Contoh : Petani yang awalnya menggunakan kerbau atau sapi
untuk membajak sawah, diberikan inovasi baru yaitu menggunakan traktor.
0 Comments