Teori komunikasi massa: :Teori Information Seeking
Kamis, Desember 06, 2018
Dalam masyarakat kita, informasi dalam berbagai bentuknya
dan dalam jumlah yang sangat besar diproduksi, didistribusikan, disimpan, dan
diterima. Pada saat yang bersamaan, akan menjadi semakin sulit bagi individu
untuk menenmukan informasi yang relevan. Kondisi ini telah mengarahkan
perhatian para ahli untuk memahami bagaimana orang mencari informasi.
Information
seeking memiliki beberapa keterkaitan
dengan teori sebelumnya. Teori difusi seringkali menyentuh proses pencarian
informasi. Uses and Gratifications dianggap memberikan kerangka bagi studi
mengenai proses pencarian informasi. Demikian pula dengan teori-teori
‘congruence’ yang menjelaskan pengorganisasian sikap, seperti misalnya teori
disonansi kognitif yang dikemukakan oleh Festinger.
Teori Information Seeking yang dikemukakan disini, yaitu
dari Donohew dan Tipton (1973), yang menjelaskan tentang pencarian,
penghindaran, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran
psikologi sosial tentang kesesuaian sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah
bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan
“image of reality”-nya karena terasa membahayakan.
Beberapa konsep utama dari teori ini antara lain adalah
‘image’ atau ‘image of reality. Pertama-tama, konsep image ini mengacu pada
pengalaman yang diperoleh sepanjang hidup seseorang dan terdiri dari berbagai
tujuan, keyakinan, dan pengetahuan yang telah diperolehnya. Bagian kedua dari
image terdiri dari konsep diri seseorang, termasuk evaluasinya terhadap
kemampuan dirinya dalam mengatasi berbagai situasi. Ketiga, ‘image of reality’
terdiri dari suatu perangkat penggunaan informasi yang mengatur perilaku
seseorang dalan mencari dan memproses informasi. Ketika mencari informasi,
individu dapat memilih di antara berbagai strategi yang dalam teori ini
dibedakan antara strategi luas dan sempit. Pada strategi yang luas, individu
pertama-tama akan membuat suatu daftar mengenai sumber-sumber informasi yang
memungkinkan, mengevaluasinya, dan memilih sumber mana yang akan digunakannya.
Dalam strategi yang sempit, satu sumber digunakan sebagai titik awal, dan
pencarian lebih lanjut dilakukan dengan menempatkan sumber tersebut sebagai
basisnya. Pencarian informasi akan dilakukan sampai pada tahap yang disebut
‘closure’ di mana seseorang akan berhenti mencari lebih banyak informasi.
Proses pencarian informasi oleh Donohew dan Tipton
dijelaskan dalam beberapa tahapan. Proses dimulai ketika individu diterpa oleh
sejumlah stimuli. Kepada stimuli tersebut, individu dapat memperhatikan atau tidak
memperhatikan, dan pilihan pada salah satunya sebagian ditemukan oleh
karakteristik dari stimuli tersebut. Pada tahap berikutnya, terjadi suatu
perbandingan antar stimuli (informasi) dan ‘image of reality’ yang dimiliki
individu tersebut. Di sini diuji tingkat relevansi dan konsistensi antara image
dan stimuli. Materi/informasi yang terlalu berbahaya atau tidak penting akan
tersaring keluar, demikian pula dengan stimuli yang dianggap monoton karena
tingkat konsistensinya yang tinggi. Jika stimuli diabaikan maka proses ini
otomatis berhenti.
Berikutnya muncul persoalan tentang apakah stimuli
tersebut menuntut suatu tindakan. Jika jawabannya adalah ‘tidak’, maka efek
dari stimuli mungkin adalah membentuk suatu bagian tambahan dari image.
Sedangkan jika jawabannya adalah ‘ya’, maka perangkat dari image of reality,
sperti pengalaman, konsep diri, dan gaya pemrosesan informasi akan mempengaruhi
tindakan apa yang harus dilakukan.
Seandainya dalam menilai suatu situasi, seseorang
memberikan prioritas lebih pada suatu stimuli dibandingkan stimuli lainnya,
maka dia dapat memilih untuk mencukupkan pencarian informasinya atau mencari
informasi lebih jauh. Dalam hal yang kedua, orang tersebut harus menentukan
kebutuhan-kebutuhan informasinya dan menilai sumber-sumber yang potensial untuk
menjawab kebutuhannya. Seandainya terdapat lebih dari satu sumber informasi
yang potensial, orang tersebut harus memikirkan strategi informasi apa yang
dipilih (luas atau sempit). Apa pun pilihan strateginya, seseorang akan
mencapai titik dimana dia sudah merasa cukup mendapatkan informasi, yang
biasanya akan dilanjutkan dengan dilakukannya suatu tindakan.
Setelah melakukan tindakan, seseorang mungkin akan
memerlukan umpan balik (feedback) dari tindakannya, yang memungkinkan untuk
mengevaluasi efektivitas tindakannya. Di sini dia juga dapat menilai apakah
informasi yang diperolehnya berguna dan relevan bagi tindakan yang dia lakukan.
Pada bagian terakhir, proses ini dapat menghasilkan revisi pada image of
reality seseorang. Pengalaman barunya dapat mengubah persepsinya terhadap
lingkungan dan konsep diri yang telah dia miliki. Sebagai hasil dari suatu
proses yang bekerja secara utuh, gaya/cara pencarian informasinya dapat juga
dimodofikasi atau diperkuat.
Secara ontologis, asumsi dasar dari
teori information seeking ini adalah ketika seseorang mencari atau memperoleh
informasi, orang tersebut cenderung untuk menghindari informasi yang tidak
sesuai dengan ‘image of reality’nya karena akan dianggap mengganggu dan
mengancam keseluruhan sistem yang telah ada pada dirinya.
Untuk mempermudah pemahaman, kita
akan mencoba menerapkan teori ini dalam contoh berikut :
Seorang petani menemukan adanya
gejala hama yang menyerang padi disawahnya (stimuli). Dia akan menganggap hal
ini relevan dan memberikan prioritas tinggi pada informasi mengenai hama
tersebut. Melihat situasi seperti itu, dia merasa bahwa informasi yang
dimilikinya belum cukup dan mempertimbangkan sumber-sumber informasi apa yang
dapat dipergunakannya. Dia memutuskan untuk menggunakan strategi sempit, di
mana dia menghubungi Dinas Pertanian setempat. Selanjutnya oleh Dinas tersebut
dia disarankan untuk menghubungi seorang ahli hama pertanian yang kemudian
memberikan informasi yang dia butuhkan. Ketika sekali lagi dia mengevaluasi situasi
yang dihadapinya, dia merasa telah mendapatkan cukup informasi (closure), dan
dia lalu bertindak sesuai dengan informasi yang telah diperolehnya. Persoalan
hama teratasi dan petani tersebut menganggap tindakan yang dia lakukan adalah
tepat, demikian pula dengan informasi yang diperolehnya. Akhirnya, ‘image of
reality’-nya telah sedikit berubah, sesuai dengan pengalaman barunya.
0 Comments