TEORI GESTALT
Jumat, Mei 08, 2020
1.
Kedekatan posisi (proximity)
2.
Kesamaan bentuk (similiarity)
3.
Penutupan bentuk
4.
Kesinambungan pola (continuity)
5.
Kesamaan arah gerak (common fate)
Dalam psikologi Gestalt, data atau fenomena
dalah hal yang paling mendasar. Dalam hal ini, Gestalt sepedapat dengan
filsafat phenomologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral.
Sejarah dan Latar Belakang
Gestalt adalah
sebuah teori yang menjelaskan tentang persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang mempunyaui hubungan atau kemiripan menjadi
kesatuan. Aliran Gestalt muncul di jerman sebagai kritik terhadap
strukturalisme Wundt yang berpandangan bahwa jiwa bisa diuraikan ke dalam
elemen-elemen lebih kecil. Sedangkan Gestalt berpandangan bahwa jika jiwa
diuraikan ke dalam elemen yang lebih kecil maka jiwa itu berubah karena bentuk
dan satu kesatuannya hilang. Gestalt
dalam bahasa jerman berarti bentuk yang utuh. Dalam teori Gestalt atau yang
sering juga disebut sebagai Psikologi Gestalt ini terdiri dari beberapa teori
lagi yang di dalamnya terimplikasi belajar dan pembelajaran teori tersebut :
·
Wawasan.
Inti dalam
pembelajarannya yaitu “Pembinaan Wawasan Belajar”.Tokoh : Max Wertheirner,
Kofika
Kohler.
·
Tujuan yang berwawasan,dengan konsep
konfiguralisme.Tekanan dalam pembelajarannya adalah “membantu siswa
mengembangkan wawasan yang berkualitas tinggi”.Tokoh: Bode,
Mheeler, Batles.
·
Wawasan kognitif,
yaitu
psikologi wawasan. Tekanan dalam
pembelajarannya “Membantu siswa merakstruktur life spaces mereka,
meletakkan
wawasan baru kedalam situasi siswa”.
Tokoh: Lewin,
Dewey, Alport Bigge,
Brumner,Koch.
Seorang
yang dipandang sebagai pendiri psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer dan
kedua temannya yakni Kurt Koffka dan Woflgang Kohler. Ketiganya memiliki
pemikiran yang sama . Sebenarnya kata Gestalt sudah ada sejak yunani kuno.
Psikologi Gestalt
didasari oleh pemikiran Kant tentang teori nativistik yang menyatakan bahwa
organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkunganya.
Sehingga bisa dikatakan tujuan psikologi Gestalt meyelidiki dan mengetahui
secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan.
Tokoh-tokoh Gestalt
v Max
Wertheimer
Lahir di Praha 15
april 1880. Ia yang paling tua diantara
3 pendiri psikologi Gestalt. Ia mendapatkan gelar Ph.D dibawah bimbingan Oswald
Kulpe dan mengajar di Universitas Frankfurt
ketika Kohler dan Koffka sudah menjadi assiten di sana. Konsep
pentingnya adalah phi phenomena. Secara singkat phi phenomena bisa dijelaskan
dengan penglaman pribadi Wertehimer. Yakni sinar yang tidak bergerak dipersepsi
sebagai sinar yang bergerak. Contohnya ketika naik kereta atau pun kendaraan,
kita melihat lampulah yang bergerak akan tetapi apa yang di tangkap oleh indera
kita adalah bukan hal yang sebenarnya. Apa yang mula terbatas pada persepsi,
kemudian berkembang pada aspek lain yakni antara lain psikologi belajar.
Contohnya, ketika seorang teman mendatangi kita, yang kita saksikan terlebih
dahulu bukanlah tas atau sepatunya yang bagus. Tapi kita melihatnya sebagai
teman kita secara utuh.Setelah itu baru hal yang khusus menyusul, seperti,
ternyata baju dan sepatu yang dipakai teman kita bagus.
Pada tahun 1923,
Wetheiner mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt
Theory”. Hukum-hukum itu antara lain [2]:
a) Hukum
Kedekatan (Law of Proximity)
b) Hukum
Ketertutupan ( Law of Closure)
c) Hukum Kesamaan
(Law of Equivalence).
v Kurt
Koffka
Koffka lahir di
Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka terhadap psikologi adalah
penyajian sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam
rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada
psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan
pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
Teori Koffka
tentang belajar antara lain:
a.
Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.
Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali jika kita mempersepsikan
sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b.
Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
c.
Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya
perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan
untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
d.
Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
v Wolfgang
kohler
Kohler lahir di
Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Hasil kajiannya ditulis dalam buku
betajuk The Mentality of Apes (1925) Eksperimennya adalah : seekor simpanse
diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar
terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat
untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu
tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah berpikir cara
untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan
kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler
apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif, dan ini
akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt
apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme
menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan
bahwa organism –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh pemecahan masalahnya
diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
v Kurt
lewin
lewin lahir di
Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi tahun 1914.
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology oleh Kurt Lewin .Pada
saat Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di
Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director
of the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of
Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.
Pertama kali ia
tertrarik dengan teori Gestalt akan tetapi akhirnya ia mengkritik karena menganggap
teori Gestalt tidak kuat. Ia kurang setuju dengan pendekatan Aristotelian yang
mementingkan struktur dan isi gejala kejiwaan. Ia lebih cenderung kearah
pendekatan yang Galilean, yaitu yang mementingkan fungsi kejiwaan. Konsep utama
Lewin adalah Life Space(space terbagi atas bagian-bagian yang memiliki
batas-batas.), yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak.
Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna
dan menentukan perilaku individu (B=f L).
Salah suatu teori
Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang konflik. Akibat adanya
vector-vector yang saling bertentangan dan tarik menarik, maka seseorang dalam
suatu lapangan psikologis tertentu dapat mengalami konflik (pertentangan batin)
yang jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan
ketidakseimbangan.Berdasarkan kepada vector yang saling bertentangan itu. Lewin
membagi konflik dalam 3 jenis[3] :
v Konflik mendekat-mendekat
(Approach-Approach Conflict)
Konflik ini
terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang sama-sama bernilai positif.
v Konflik menjauh-menjauh
(Avoidance-Avoidance Conflict)
Konflik ini
terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua obyek yang sama-sama mempunyai
nilai negative tetapi ia tidak bisa menghindari kedua obyek sekaligus.
v Konflik mendekat-menjauh
(Approach-Avoidance Conflict)
Konflik ini
terjadi jika ada satu obyek yang mempunyai nilai positif dan nilai negatif
sekaligus
Prinsip Dasar Gestalt[4]
1.
Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap
perceptual field memiliki organisasi yang
cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu
kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang
dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
2.
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
v Principle
of Proximity :
Organisasi berdasarkan kedekatan elemen
v Principle
of Similarity :
Organisasi berdasarkan kesamaan elemen
v Principle
of Objective Set :
Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
v Principle
of Continuity :
Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
v Principle
of Closure/ Principle of Good Form : Organisasi berdasarkan “bentuk yang
sempurna”
v Principle
of Figure and Ground :
Organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan
dianggap sebagai “figure”. Dimensi penting dalam persepsi figur dan obyek
adalah hubungan antara bagian dan figure, bukan karakteristik dari bagian itu
sendiri. Meskipun aspek bagian berubah, asalkan hubungan bagian-figure tetap,
persepsi akan tetap. Contoh : perubahan nada tidak akan merubah persepsi
tentang melodi.
v Principle of Isomorphism : Organisasi berdasarkan
konteks.
Konsep Pokok dan Konsep Konseling
Konsep pokok
Perls
menyatakan bahwa konsep kepribadian
disusun oleh Freud tidak sempurna karena Freud tidak merumuskan lawan superego
atau kata hati dengan jelas dan nyata. Perls menyebut superego top dog sebagai lawan dari under dog. Superego menyangkut
kekuasaan, kebenaran dan kesempurnaan Top
dog menghukum individu dengan “keharusan” “keinginan” dan “ketakutan” akan
ancaman. Sedangkan under dog
menguasai individu dengan penekanan yang baik dan keadaan mempertahankan diri.
Menurut perls
individu tersiksa oleh kedua kekuatan dari dalam tersebut, yaitu top dog dan under dog yang selalu berlomba ingin mengontrolnya. Konflik ini
tidak pernah sempurna dan merupakan suatu bentuk penyiksaan diri.
Proses konseling[5]
Proses terapi Gestalt
:
- Membentuk pola pemikiran
terapeutik.
Agar tercipta
situasi yang memungkinkan perubahan yang diharapkan pada klien maka setiap
klien pola yang diciptakan berbeda karena setiap individu serta memilki
kebutuhan yang bergantung pada masalah yang harus dipecahkan .
- Memaksa pengawasan
yaitu koselor
meyakinkan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan
kondisi klien. Ada 2 fase yaitu:
v Menimbulkan motivasi pada
klien. Dalam hal ini di beri kesempatan untuk menyadari ketidakpuasannya. Makin
tinggi penyadaran atas ketidakpuasaanya makin besar motivasi untuk mencapai
perubahan dirinya, sehingga makin tinggi keinginan klien untuk bekerjasama
dengan konselor.
v Menciptakan rapport yaitu
hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya pada klien
bahwa segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
3.
Klien
didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan terapi saat ini.
Klien diberi
kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu
dalam situasi di sini-saat ini. Klien diberi kesempatan mengungkapkan segala
perasaannya dengan dasar asosiasi bebas. Melalui fase ini konselor berusaha
menemukan celah/aspek kepribadian yang hilang. Dari sisni ditemukan penyembuhan
apa yang harus dilakukan. Pada fase ini klien harus memilki cirri-ciri yang
menunjukkan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
Adapun teknik-teknik yang
bisa digunakan dalam konseling Gestalt antara lain :
Ø Enhancing
Awareness
yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
Ø Personality
pronouns
yaitu klien diminta untuk mempribadikannya pikirannya untuk meningkatkan
kesadaran pribadinya.
Ø question to statements yaitu mendorong klien untuk
untuk menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong untuk
mengekpresikan dirinya dan bertanggung jawab bagi komunikasinya.
Ø Assuming
responsibility yaitu klien diminta untuk mengalihkan kata “won’t” untuk
can’t”.
Ø Bertanya “bagaimana” dan “apa” menjadikan individu masuk ke dalam pengalaman perilakunya sendiri.
Ø Sharing
hunces yaitu mendorong klien untuk mengeksplorasi dari dengan menanamkan
tilikan seperti “Saya lihat”
Ø Bringing
the past into the now membantu klien agar menggalami pengalaman-pengalaman
masa lalu dalam situasi sekarang.
Ø .
Expressing resentments and appreciation
yaitu membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan keadaandan
penghargaan dirinya.
Ø body expression yaitu mengamati ekspresi badan klien
dan memusatkan perhatian untuk membantu kesadaran individu
Aplikasi Prinsip Gestalt
- Belajar
Belajar adalh
fenomena kognitif dan apabila individu mengalami proses belajar maka terjadi
reorganisasi dalam ruang persepsinya dan seseorang akan memiliki cara pandang
baru setelah belajar.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:
1.
Pengalama
tilikan (insight); Penting untuk mengenal unsur-unsur dalam suatu peristiwa
2.
Pembelajaran
yang bermakana( meaningful learning); makin jelas hubungan suatu unsur akan
makin efektif sesuatu yang terjadi.
3.
Perilaku
bertujuan ( purposive behavior); perilaku terarah pada tujuan.
4.
Prinsip
ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan ia berada.
5.
Transfer
dalam belajar. Akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip
pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunkan
dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
- Insight
Memecahkan masalah
setelah adanya proses pengujian berbagai kemungkinan ( isnight), individu akan mampu menerapkannya
pada problem tanpa melalui proses trailer and error lagi. Konseo insight ini adalah
fenomena penting dalam belajar,
ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya isnsight pada
individu tergantung pada:
a.
Kesanggupan
Sanggup berkaitan dengan
kemampuan intelegensi individu
b.
Pengalaman
Dengan belajar, individu akan
memeproleh pendalaman yang akan menyebabkan munculnya insight.
c.
Taraf
kompeksitas dari suatu instansi
Semakin kompleks masalah akan
semakin sulit diatasi
d.
Latihan
Akan mempertinggi kemampuasn
insight dalam situasi yang bersamaan
e.
Trial
dan error
Percoban-percobaan yang
dilakukan seseorang untuk memecahkan masalah hingga akhirnya berhasil
mendapatkan penyelesaiannya.
- Memori
Hasil persepsi
objek akan meninggalkan ingatan dan dengan berjalannya waktu ingatan ini pasti
akan berubah. Penerapan prisnsip of good
form muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial fenomena ini
juga menjelaskan pengaruh dari rumor.
Implikasi Gestalt
a)
Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu
pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt
menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang
selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek
ilmiah dan empirisnya
b)
Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran
behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif,
berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan
menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi,
insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman dan Koehler.
Hukum-hukum Belajar Gestalt[6]
1.
Hukum Pragnaz,menunjukkan tentang
berarahnya segala kejadian,yaitu berarah kepada pragnaz itu, yaitu suatu
keadaan yang seimbang,suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik, keadaan yang
seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, sederhanaan, kestabilan, simetri
dan segainya.
2.
Hukum-hukum tambahan,a hli psikologi
mengadakan penelitian dalam bidang penglihatan dan menemukan bahwa objek-objek
penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-Gestalt menurut prinsip-prinsip
tertentu diantaranya, hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan.
Jadi yang penting bukanlah mengulang–ulang hal yang harus di pelajari tetapi
mengertinya mendapatkan insight. Insight tergantung kepada kesanggupan, pengalaman,
taraf konfleksitas dari suatu situasi, latihan dan trial and error.
Menurut
Hilgard(1948:190-195) memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight:
·
Insight termasuk pada kemampuan
dasar
·
Insight itu tergantung pengalaman masa
lampau yang relevan.
·
Insight tergantung kepada pengaturan
secara eksperimental.
·
Insight itu didahului oleh suatu
peride coba-coba.
·
Insight yang telah sekali didapatkan
dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal
yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu
totalitas.
Garis-garis
di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing terdiri
dari dua garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri di sebelah
kanan sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung
menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
Gambar
garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat yang agak
oval dan garis yang berdiri sendiri di
sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua pasang garis lagi setelah ada
garis melintang yang hampir saling menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.
3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama
lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan
bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk
O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang
akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.
Pada
gambar diatas, kita akan cenderung mempersepsikan gambar sebagai dua garis lurus
berpotongan, bukan sebagai dua garis menyudut yang saling membelakangi
Penerapan Teori Gestalt dalam Proses Belajar[7]
a.
Belajar
berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha
menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya.
b.
Belajar
adalah suatu proses perkembangan
Materi dari
belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut
sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individu dipengaruhi oleh
pengalaman dan lingkungan individu tersebut.
c.
Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses
belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik
individu.
d.
Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah
agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi tertentu. Apabila
satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan
lainnya.
e.
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika
individu mengalami suatu situasi baru. Dalam menghadapinya, manusia menggunakan
pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki.
f.
Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight
berperan untuk memahami hubungan diantara unsure-unsur yang terkandung dalam
suatu masalah.
g.
Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan
minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal ini tergantung kepada apa
yang dibutuhkan individu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h.
Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya terjadi
di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat diperoleh dari
pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu setiap
_______________________________________________
Sumber
Buku
Psikologi Komunikasi oleh DRS. Jalaluddin Rakmat
[2] Dikutip dari http://psikologi.or.id
[3] Dikutip dari http://psikologi.or.id
[4] Sumber rumahbelajarpsikologi.com Senin 25 Maret 2013 pukul 21.52
WIB
[5] Sumber hanyasaya.blogspot.com Senin 25 Maret 2013 pukul 22.00 WIB
[6] Sumber http://psikologi.or.id
[7] Sumber http://psikologi.or.id
pada tanggal 20 Maret 2013 01:15
0 Comments